BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu merupakan suatu hal yang
penting dalam kehidupan manusia karena
dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat
dan mudah. Ilmu telah banyak berperan dalam kehidupan manusia sehingga lebih
modern dan maju. Ilmu juga telah banyak memecahkan masalah seperti hal
memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai masalah kehidupan
yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan
lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain
sebagainya.
Setiap ilmu pengetahuan akan
menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Proses
ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari ilmuwan. Seorang ilmuwan akan
berpikir secara cermat untuk menghasilkan tekonolgi. Ilmuwan dituntut untuk
bertanggung jawab pada hal seperti ini. Oleh karena itu, disini akan dijelaskan
tentang nilai kegunaan ilmu yang berisi tentang nilai dan moral, tanggung jawab
sosial keilmuwan, nuklir dan pilihan moral serta revolusi genetika.
B.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan maksud aksiologi : nilai
kegunaan ilmu!
2. Bagaimana penjelasan nilai dan moral?
3. Bagaimana penjelasan tanggung jawab
sosial ilmuwan?
4. Bagaimana penjelasan nuklir dan pilihan
moral?
5. Bagaimana penjelasan dari revolusi
genetika?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mampu memahami nilai kegunaan ilmu.
2. Mengerti tentang nilai dan mral.
3. Mampu mengerti tanggung jawab sosial
ilmuwan.
4. Mampu mengerti nuklir dan pilihan moral.
5. Mampu mengerti tenteng revolusi genetik.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Aksiologi : Nilai Kegunaan Ilmu
Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu
diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
atau berhubungan menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu pula. Dalam aksiologi, hal yang paling
dipermasalahkan ialah nilai. Disini nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
dinilai. Selanjutnya, aksiologi dijelaskan sebagai kegunaan ilmu pengetahuan
bagi kehidupan manusia. Teori tentang nilai dalam filsafat dibagi menjadi permasalahan
etika dan estetika.
Etika dimaknai sebagai suatu kumpulan
pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Etika
menilai perbuatan manusia yang berkaitan erat dengan norma-norma kesusilaan
manusia atau diartikan untuk mempelajari
tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik didalam suatu
kondisi yang normatif, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.
Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Dalam
filsafat estetika dapat dilihat pada sudut indah dan jeleknya.
Nilai subjektif dapat bersifat
subjektif dan objektif. Nilai dapat bersifat subjektif jika selalu
memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan,
intelektualitas. Hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau
tidak suka, senang atau tidak senang. Misalnya, seorang melihat matahari yang
sedang terbenam disore hari. Akibat yang dimunculkannya adalah menimbulkan rasa
senang karena melihat betapa indahnya matahari terbenam itu. Ini merupakan
nilai yang subjektif dari seseorang dengan orang lain memiliki kualitas yang
berbeda. Sedangkan Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat
tentang objektivisme. Objektivisme ini didasarkan suatu gagasan berada pada
objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-benar ada.
Misalnya, kebenaran tidak tergantung pada pendapat individu, melainkan pada
objektivitas fakta.
B.
Ilmu dan Moral
Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri
bahwa peradaban manusia sangat tergantung pada ilmu dan teknologi. Berkat
adanya kemajuan pesat dalam bidang tersebut, segala kebutuhan manusia dapat
terpenuhi dengan baik. Dewasa ini, ilmu sudah masuk pada aspek reproduksi dan
penciptaan manusia itu sendiri sehingga hal ini mungkin dapat mengubah hakikat
manusia itu sendiri. Hal inipun memunculkan pertanyaan dari beberapa pihak
tentang kenyataan seharusnya. Dan untuk menjawab hal ini para ilmuwan berpaling
pada hakikat moral.
Pada dasarnya perkembangan ilmu tidak
terlepas dari berbagai masalah moral. Ketika seorang ahli Copernicus mengajukan
teorinya tentang kesemestaan alam yang menerangkan bahwa “bumi yang berputar
mengelilingi matahari” hal ini bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh
agama, maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral yang bersumber pada
ajaran agama. Galileo Galilei pun juga berpendapat demikian. Hal ini
menyebabkan pengadilan agama memaksa ahli tersebut untuk mencabut pernyataannya
ataupun mendapat hukuman mati.
Oleh karena itu, para ilmuwan berusaha
berjuang untuk menegakkan ilmu atau mengembangkannya sebagaimana kenyataannya.
Setelah hampir berjuang selama 250 tahun akhirnya para ilmuwan mendapat
kebebasan untuk mengembangkan ilmu dengan melakukan penelitian dalam
mempelajari alam sebagaimana adanya.
Dengan adanya kebebasan untuk
mengembangkan ilmu secara luas, muncullah konsep – konsep ilmiah yang cenderung
abstrak sehingga berubah menjadi bentuk konkret yang berupa teknologi. Teknolgi
disini ialah penerapan ilmu untuk memecahkan masalah. Teknologi bukan
hanya untuk mempelajari dan memahami
berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah-masalah manusia, tetapi juga
untuk mengontrol dan mengarahkannya. Hal ini merupakan akhir dari
ketersinggungan ilmu dengan moral.
Pada tahap selanjutnya, ilmu kembali
dikaitkan dengan masalah moral yang berbeda. Yaitu berkaitan dengan penggunaan
pengetahuan ilmiah. Maksudnya terdapat beberapa penggunaan teknologi yang
cenderung merusak kehidupan manusia itu sendiri. Dalam menghadapi masalah ini,
para ilmuwan terbagi menjadi dua pandangan. Pandangan pertama membagi ilmu yang
bersifat netral dan terbebas dari berbagai masalah yang dihadapi pengguna.
Sedangkan pandangan yang kedua menjelaskan bahwa netralitas ilmu tergantung
proses penemuan ilmu saja dan tidak pada penggunaannya. Namun pada pemilihan
objek penelitian, kegiatan penelitian tergantung pada asas – asas moral.
Kelompok ini mendasarkan pandangannya pada beberapa hal, yakni:
1. Ilmu secara faktual telah digunakan oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang menggunakan teknologi keilmuwan.
2. Ilmu telah berkembang dengan pesat dan para ilmuwan lebih mengetahui akibat-akibat yang mungkin terjadi serta pemecahan-pemecahannya, bila terjadi penyalagunaan.
Berbicara masalah ilmu dan moral memang sudah umum, keduanya saling berkaitan. Ilmu bisa menjadi malapetaka kemanusiaan jika seseorang yang memanfaatkannya tidak bermoral atau paling tidak mengindahkan nilai-nilai moral yang ada. Tapi sebaliknya ilmu akan menjadi rahmat bagi kehidupan manusia jika dimanfaatkan secara benar dan tepat, tentunya tetap mengindahkan aspek moral. Dengan demikian kekuasaan ilmu ini mengharuskan seseorang ilmuan yang memiliki landasan moral yang kuat, ia harus tetap memegang idiologi dalam mengembangkan dan memanfaatkan keilmuannya. Tanpa landasan dan pemahaman terhadap nilai-nilai moral, maka seorang ilmuan bisa menjadi bencana yang setiap saat bisa membahayakan manusianitu sendiri, artinya bencanam dapat membayangi kehidupannya.
1. Ilmu secara faktual telah digunakan oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang menggunakan teknologi keilmuwan.
2. Ilmu telah berkembang dengan pesat dan para ilmuwan lebih mengetahui akibat-akibat yang mungkin terjadi serta pemecahan-pemecahannya, bila terjadi penyalagunaan.
Berbicara masalah ilmu dan moral memang sudah umum, keduanya saling berkaitan. Ilmu bisa menjadi malapetaka kemanusiaan jika seseorang yang memanfaatkannya tidak bermoral atau paling tidak mengindahkan nilai-nilai moral yang ada. Tapi sebaliknya ilmu akan menjadi rahmat bagi kehidupan manusia jika dimanfaatkan secara benar dan tepat, tentunya tetap mengindahkan aspek moral. Dengan demikian kekuasaan ilmu ini mengharuskan seseorang ilmuan yang memiliki landasan moral yang kuat, ia harus tetap memegang idiologi dalam mengembangkan dan memanfaatkan keilmuannya. Tanpa landasan dan pemahaman terhadap nilai-nilai moral, maka seorang ilmuan bisa menjadi bencana yang setiap saat bisa membahayakan manusianitu sendiri, artinya bencanam dapat membayangi kehidupannya.
C.
Tanggung Jawab Sosial Keilmuwan
Ilmu merupakan hasil karya ilmuwan yang dikomunikasikan dan
dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Jika hasil karyanya itu memenuhi syarat
– syarat keilmuwan maka pasti akan diterima dan disunakan oleh masyarakat. Oleh
karena itu, ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial yang besar. Tanggung jawab
sosial seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar: untung dan
rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat
dimungkinkan. Hal ini dikarenakan dia mempunyai fungsi tertentu dalam
kelangsungan hidup manusia. Ilmuwan juga meniliki fungsi untuk ikut bertanggung
jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan
yang dilakukan. Ilmuwan juga harus berusaha mempengaruhi opini masyarakat
berdasarkan pemikirannya. Ilmuwan juga mempunyai cara berpilir yang berbeda
dari masyarakat awam. Masyarakat awam biasanya terpukau oleh jalan pikiran yang
cerdas. Kelebihan seorang ilmuwan juga nampak dalam cara berpikir yang cermat
dan teratur yang menyebabkan dia mempunyai tanggung jawab sosial.
Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan
perspektif yang benar: untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga
penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan. Dibidang etika tanggungjawab
sosial seseorang ilmuwan bukan lagi memberi informasi namun memberi contoh.Seorang
ilmuwan juga harus bersifat obyektif, terbuka, menerima kritik dan pendapat
orang lain, kukuh dalam pendiriannya, dan berani mengakui kesalahannya. Seorang
ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penelitian atau penemuannya
dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan bangsanya
sendiri.
D.
Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil
penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain. Para ilmuwan bersifat
netral pada hal kemanusiaan. Mereka tegak dan bersuara sekiranya kemanusiaan
memerlukan mereka. Suara para ilmuwan bersifat universal untuk mengatasi
golongan, ras, sistem kekuasaan, agama, dan rintangan lainnya yang bersifat
sosial. Salah satu musuh manusia adalah peperangan yang akan menyebabkan
kehancuran, pembunuhan, kesengsaraan, peperangan merupakan fakta dari sejarah.
Tugas para ilmuwan ialah untuk mengecilkan atau menghilangkan terjadi
peperangan walaupun hal ini sangat mustahil. Tetapi, seorang ilmuwan Einstein
tak jemu menyerukan agar manusia menghentikan peperangan.
Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaan yang dapat
dipakai untuk kemaslahatan kemanusiaan, atau sebaliknya disalahgunakan. Seorang
ilmuwan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuan – penemuannya dalam bentuk
apapun dari masyarakat luas serta apapun juga yang akan menjadi konsekuensinya.
Seorang ilmuwan yang berlandaskan moral akan memilih untuk membuktikan bahwa
generasi muda kita berkesadaran tinggi atau membuktikan bahwa hasil pembangunan
itu efektif maka dalam penemuannya dia bersifat netral dan membebaskan diri
dari semua keterikatannya yang membelenggu dia secara sadar atau tidak. Kenetralan
dalam ilmu menjadikannya bersifat universal. Ilmu mengabdi kemanusiaan dengan ilmiah.
Kemanusiaan seorang ilmuwan tidak terlepas oleh ruang bahkan waktu. Penemuan
yang kurang relevan dan tidak gunanya hari ini akan menjadi batu loncatan
menuju masa depan.
Kenetralan dalam proses penemuan para ilmuwan yang
mengharuskan ilmuwan bersikap dalam menghadapi bagaimana penemuan itu
digunakan. Jika ilmu pengetahuan dipergunakan tidak sebagaimana mestinya maka
akan timbul kutukan dan ilmuwan harus tampil ke depan serta harus bersikap.
E.
Revolusi Genetika
Ilmu dalam persfektif sejarah kemanusiaan mempunyai puncak
kecemerlangan masing- masing, namun seperti kotak Pandora yang terbuka
kecemerlangan itu membawa malapetaka. Dengan penelitian genetika, kita tak lagi
menelaah organ – organ manusia dalam upaya untuk menciptakan teknologi
kemudahan, melainkan manusia sendiri sekarang menjadi objek penelaahan yang
akan menghasilkan bukan lagi teknologi yang memberikan kemudahan, melainkan
teknologi yang akan merubah manusia itu sendiri.
Rekayasa yang cenderung menimbulkan gejala anti kemanusiaan
(dehumanisme) dan mengubah hakikat kemanusiaan. Hal ini menyebabkan
kekhawatiran disekitar batas dan wewenag pengembangan ilmu, disamping tanggung
jawab dan moral ilmwuan. Jika ilmuwan
melakukan telaahan terhadap organ tubuh manusia, seperti jantung dan
ginjal barangkali hal itu tidak menjadi masalah terutama jika kajian itu
bermuara pada penciptaan teknologi yang dapat merawat atau membantu fungsi-
fungsi organ tubuh manusia. Tapi jika sains mencoba mengkaji hakikat manusia
dan cenderung mengubah proses penciptaan manusia. Seperti kasus dalam kloning,
bayi tabung sehingga hal inilah yang menimbulkan pertanyaan disekitar batas dan
wewenang penjelajahan ilmu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia.
Ilmu menghasilkan teknologi yang diterapkan dan dikembangkan pada masyarakat. Teknologi dalam perkembangannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga dapat menjadi bencana bagi manusia.
Seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
Ilmu menghasilkan teknologi yang diterapkan dan dikembangkan pada masyarakat. Teknologi dalam perkembangannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga dapat menjadi bencana bagi manusia.
Seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
B.
Kritik dan Saran
1.
Kritik
Dewasa
ini teknologi dan ilmu pengetahuan telah berkembang pesat. Manusia telah
menerapkan keduanya delam kehidupannya sehari – hari. Namun, manusia juga masih
banyak menggunakan teknologi dan pengetahuan secara menyimpang maka hal ini
yang menyebabkan bencana pada manusia itu sendiri.
2.
Saran
Dengan
didukung oleh teknologi yang modern dan perkembangan ilmu pengetahuan yang
pesat seharusnya manusia memanfaatkan hal tersebut sebaik mungkin. Manusia
dapat berpikir kreatif agar memperoleh sesuatu yang diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Suriasumantri S. Jujun. 2002. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer.
Jakarta : pustaka sinar harapan.
Valesikautsar2009.Aksiologi.(http//valensikautsar.blogspot.com//2009/03/sekilas-aksiologi/diuduh
pada sabtu 16 juni 2012,pukul 20.05 wib).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar